If you could dream big enough to be achieved, then run. Chase it to the edge of the world. Don't let it slip away and just go.
Saya merupakan salah satu orang yang masih membiarkan buku bergeletakan di atas tempat tidur ketika saya pergi tidur. Jangan salah paham, bukannya saya tidak menyayangi buku-buku saya dan menelantarkannya begitu saja. Saya menyayangi buku-buku saya sebagaimana ibu menyayangi anaknya. Hahaha lebay banget sih, but true. Sedih banget kalau lihat buku-buku rusak dimakan rayap karena udah terlalu tua atau crumpled kena air hujan yang bocor dari atap rumah. Atau jika buku yang saya miliki dipinjam seseorang dan kembali dengan keadaan yang lebih buruk daripada sebelumnya. Wah, tidak termaafkan rasanya.
Dengan kondisi macam ini, berkunjung ke perpustakaan dan toko buku adalah salah satu kesenangan tersendiri. Sebelum berangkat, tentu saja saya berharap banyak ketika berkunjung ke Perpustakaan Nasional. I mean, hellow, just how many books were in there? It must be heaven! Membayangkan berdiri dikelilingi buku-buku dengan aroma yang khas selalu terasa menyenangkan. But, guess what I got there? Saya jadi mau ketawa miris :') Ternyata sistem pelayanannya adalah sistem tertutup, in which you gotta search the book you look for first, fill the catalogue card, go to the specific floor where your book located, give the catalogue card to the so-called-librarian there, and wait for them to bring the book you asked. BORING. Apa coba yang menyenangkan dari nunggu buku yang diambilin orang lain?
Menurut saya, sistem pelayanan tertutup tuh nggak banget. Selain pengunjungnya nggak bisa milih-milih buku yang dia mau sendiri, pengunjung juga harus tahu buku apa yang mau dia cari dengan spesifik. Sekarang gini, jika misalnya saya memiliki tugas yang butuh banyak referensi dan tidak tahu buku mana yang lebih bagus dari yang mana, bagaimana? At the very least, ketika kamu berada pada perpustakaan dengan sistem terbuka dimana pengunjung bebas memilih buku apapun yang ia mau, kesempatan itu akan lebih besar terbuka. Pengunjung juga tidak perlu repot bolak-balik turun naik berlantai-lantai (meski menggunakan lift) hanya untuk mencari dan mengambil kartu katalog yang terletak di lantai 2. Repot banget deh pokoknya. Satu nilai minus lainnya dari sistem tertutup, kelihatan banget pegawainya nggak punya kerjaan lain selain ngambilin buku yang dipesan :") lol
Saya tidak melepaskan diri dari kemungkinan alasan perpustakaan ini memiliki sistem tertutup. Yah, mungkin saja buku-bukunya terlalu mahal untuk dipegang tangan-tangan berminyak pengunjung yang baru selesai beli gorengan, meski pada kenyataannya saya tidak juga melihat pegawainya menggunakan sarung tangan khusus, sih. Atau mungkin juga karena buku-bukunya sudah terlalu tua dan menjadi koleksi langka. Well, kalau untuk yang ini, saya sangat maklum. Siapa juga yang mau benda koleksi nya rusak, ya kan?
Kesimpulannya, saya pribadi berpendapat bahwa tentu saja banyak yang malas ke perpustakaan jika harus melewati proses serepot ini untuk meminjam sebuah buku. Tadinya saya berpikir, cukup dengan memiliki kartu anggota perpustakaan dan yak lancar jaya meminjam buku. Padahal pada kenyataannya saya sampai harus menahan malu karena nekat ingin masuk ke rak-rak tempat penyimpanan buku yang terbatas untuk pegawai saja. What to say, I'm a first-timer HAHAHA sampai dilihatin semua orang. That was how I found it has closed system. An embarrassing experience, I know. But worth it, I guess?
Saya tidak melepaskan diri dari kemungkinan alasan perpustakaan ini memiliki sistem tertutup. Yah, mungkin saja buku-bukunya terlalu mahal untuk dipegang tangan-tangan berminyak pengunjung yang baru selesai beli gorengan, meski pada kenyataannya saya tidak juga melihat pegawainya menggunakan sarung tangan khusus, sih. Atau mungkin juga karena buku-bukunya sudah terlalu tua dan menjadi koleksi langka. Well, kalau untuk yang ini, saya sangat maklum. Siapa juga yang mau benda koleksi nya rusak, ya kan?
Kesimpulannya, saya pribadi berpendapat bahwa tentu saja banyak yang malas ke perpustakaan jika harus melewati proses serepot ini untuk meminjam sebuah buku. Tadinya saya berpikir, cukup dengan memiliki kartu anggota perpustakaan dan yak lancar jaya meminjam buku. Padahal pada kenyataannya saya sampai harus menahan malu karena nekat ingin masuk ke rak-rak tempat penyimpanan buku yang terbatas untuk pegawai saja. What to say, I'm a first-timer HAHAHA sampai dilihatin semua orang. That was how I found it has closed system. An embarrassing experience, I know. But worth it, I guess?
After Taste: nggak lagi-lagi deh saya ke Perpusnas. Males. Sistemnya begitu, cara pegawainya menegur saya juga nggak menyenangkan sama sekali. Dia pikir semua orang udah pernah ke perpusnas apa ya?! (hashtagkesel)
Best Part: nggak ada. Not impressive at all. Told ya.
0 comments:
Post a Comment