Gue berencana untuk membuat satu series tersendiri tentang hal-hal yang bagi gue sendiri terlalu personal untuk dibicarakan dan postingan ini adalah bagian pertamanya. Entah akan berlanjut atau tidak, let's see.
***
Semalam, salah satu teman gue baru saja "berbicara" melalui akun twitternya akan alasan yang menahannya untuk bunuh diri. Dia juga mempertanyakan kenapa orang-orang melarang seseorang untuk mengakhiri hidupnya ketika yang menjalani hidup tersebut adalah orang yang bersangkutan itu sendiri. Mengapa seseorang harus terus melanjutkan hidup dan tidak boleh menyerah? Mengapa orang yang ingin bunuh diri harus beralasan takut dosa? Apakah orang-orang akan bersikap sama jika tidak ada agama? Jika tidak ada konsep dosa, pahala, neraka, dan surga?Sungguh pertanyaan-pertanyaan yang sangat menarik. Setiap orang pasti punya masalah, pernah putus asa, sampai depresi. Gue juga yakin orang-orang tersebut pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya, karena gue juga pernah. Kalo kata orang-orang, you're not alone (in fighting problems), well, itu benar. Tapi kita semua melawan masalah-masalah yang berbeda. Misalnya gue, ketika cerita ke si A, si A bilang "yang sabar ya. Gue juga tau kok rasanya." Bohong. Si A tidak pernah benar-benar tau rasanya jadi gue, karena dia bukan gue. I somehow believe that an empath does not really exist lol. Sehingga, yang tau perasaan seseorang itu ya cuma orang itu sendiri. The one who understands you is you and you alone, others are just trying to. Well, life's hard. What do you expect?
Kalo menurut gue, punya pikiran ingin bunuh diri dengan benar-benar melakukannya adalah dua hal yang sangat berbeda.
Wajar punya pikiran ingin bunuh diri, karena kita nggak benar-benar tahu apa yang menunggu kita setelahnya. Apakah kita benar-benar akan dihukum jika kita bunuh diri? Apakah benar-benar ada surga dan neraka sebagai balasan semua perbuatan kita di dunia? Yang kita tahu hanyalah setelah mati, semua beres. Badan dan sel-sel otak sudah tidak berfungsi, maka masalah selesai. That's just how far our knowledge takes us. Keterbatasan ilmu pengetahuan. Btw, peneliti udah bisa belum sih mendefinisikan roh atau jiwa itu apa? Scientifically ya, soalnya selama ini roh atau jiwa dianggap sebagai substansi spiritual aja, yang nggak kelihatan.
Sedangkan untuk membunuh diri sendiri takes a HUGE courage. Kenapa? Alasan paling utama, karena sakit. Mana ada sih bunuh diri yang enak? Coba bayangin, lo harus memotong pembuluh darah yang ada di pergelangan tangan, vena atau arteri yang ukurannya kecil. Kalo lo pake cutter yang paling tajam aja, paling nggak butuh waktu sekitar 30 detik buat bisa nyentuh pembuluh darah karena dihalangin sama lapisan kulit. Belom lagi kalo darahnya keluar, udah sakit, lama pula nunggu darahnya keluar banyak sampai lemas dan akhirnya mati karena kehilangan banyak darah. Lebih cepet potong pembuluh aorta di leher. Tapi, susah juga buat motong pembuluh itu soalnya pembuluh paling besar di badan, lemak di leher juga kayaknya lebih banyak daripada di pergelangan tangan. Cara lain? Minum baygon atau racun? Harus kena lidah dulu, terasa pahit, terus nunggu bereaksi, baru bisa mati. Intinya, nggak enak. Tapi mungkin ada lah yang mikir, "halah apalah arti sakit segitu doang, hidup gue jauh lebih sakit dari cuma cutting/pahit dari cuma minum racun."
Alasan kedua, pernah nggak sih berpikir kalo hidup lo itu bukan cuma milik lo? Tapi juga milik keluarga lo, teman-teman lo, orang-orang yang kenal sama lo. If you decide to take your own life, make sure nggak ada lagi satu orang pun di dunia ini yang tau lo siapa. Bullshit banget kalo lo bilang "please lead a happy life" setelah lo bunuh diri ninggalin keluarga dan orang-orang yang lo kenal. Tau kenapa? You died along with some part of their heart, it create holes. Besar maupun kecil, kehidupan lo berarti buat mereka. Kalo tiba-tiba lo bunuh diri gitu aja, egois banget nggak sih? Hih, sangat sangat tidak bertanggungjawab.
Selama nulis 2 paragraf di atas gue juga mikir, gimana kalo orang yang mau bunuh diri adalah orang yang selama hidupnya tidak pernah mengenal orang lain? Hm, bayi kan nggak mungkin ya bunuh diri sendiri? Ngerti apa-apa juga nggak? So, untuk punya pikiran bunuh diri, seseorang harus tumbuh besar dulu, bisa berpikir apa jadi apa, ini untuk itu, dan lain-lain. Untuk tumbuh, sebagai manusia dengan sel-sel tubuh yang aktif, dia butuh makan. Either s/he got it dengan cara yang benar atau tidak, dia perlu berinteraksi dengan orang. Kesimpulannya, nggak pernah ada orang yang benar-benar tumbuh besar sendirian, tanpa berinteraksi dengan orang lain.
Oke, setelah bunuh diri secara nalar, balik lagi ke pertanyaan kenapa takut dosa dan neraka serta apakah akan tetap begitu jika konsep agama tidak pernah ada?
Karena gue muslim, gue jawab ini dari segi agama islam ya. Menurut gue, dosa dan neraka serta pahala dan surga adalah contoh Hukum III Newton dalam kehidupan beragama. Jika ada aksi maka ada reaksi. Ketika lo berbuat salah, pasti ada hukumannya. Ketika lo berbuat baik, maka ada hadiahnya. Gue percaya bahwa karma itu ada dan apa yang lo tanam pasti lo tuai, pada akhirnya. No matter how long it takes, it comes back to you. Bunuh diri dilarang dalam islam karena itu berarti berputus asa dari rahmat-Nya. Padahal Allah tuh sayang banget sama hamba-Nya. Dalam Al-Qur'an, surat An-Nisa ayat 29, Allah berfirman ".....dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." Kalo masih berpikiran, "ya terus kenapa hidup gue susah terus kalo Allah sayang?", ayo liat dari sudut pandang lain. Definisikan hidup susah versi lo; apakah karena permintaan lo tidak kunjung tercapai? Apakah karena lo kurang di bagian finansial? Dan apakah apakah lainnya. Terus mikir, ada nggak hal yang bikin lo senang hidup di dunia? Ada? Alhamdulillah, anggap aja itu alasan lo bertahan. Nggak ada? Oke, lihat apa semua orang lebih bahagia dari lo. Iya? Waduh, kelihatannya aja. Bisa aja mereka bahagia bohongan. Inget lagi, not everything as it seems. Semua yang kelihatan, belum tentu kenyataan. Everyone fight their own demons. Susah? Pasti. But at least, we tried to fight.
Next, bagaimana jika konsep agama tidak pernah ada? I've been wondering how the world would be if religion never exist. Sampai saat ini, jawaban gue masih sama : chaos. Kacau. Agama menurut gue adalah aturan, juga tuntunan. Kalo aturan hilang, orang-orang di dunia mau jadi apa? Liar? Semau gue yang penting happy? Mungkin ada yang berpendapat, ya bikin aturan biasa aja lah dari pemerintah. Pemerintah juga kan isinya individu-individu? Bukannya perlu juga pemersatu? Perlu pedoman? Makanya ada Pancasila di Indonesia, karena agamanya banyak. Tapi yang pasti, bunuh diri tanpa dikaitkan dengan agama hanya akan berakhir pada matinya jasmani, lalu selesai. Tidak ada pembalasan, tidak ada apapun. Sementara ketika mati, cuma badan saja yang sudah tidak berfungsi. How do they explain about souls? Kemana jiwa akan kembali? Terus kalau jiwa tidak benar-benar ada, mengapa istilah tersebut bisa muncul?
Last but not least. Menyerah adalah hak setiap orang, setiap individu, setiap bangsa jika perlu. Gue tidak melarang seseorang bunuh diri karena dia sudah menyerah akan hidupnya. Sungguh, gue nggak peduli. Tapi gue benci liat orang yang dzalim sama keluarganya dan teman-temannya. Dia bunuh diri, selesai menurut dia. Tapi dia bikin keluarganya nangis, ninggalin hutang dan tanggung jawab yang banyak. Nyusahin aja.
For each and every one of us : encouraging someone to live might not mean much for us, but it does matter for the said person. An empath might not exist, but trying to empathize with others is something we could work on.
For you who's standing on the edge : Kalo udah nggak kuat, jangan malu buat cerita ke teman, ke keluarga, atau malah pergi ke psikiater. That doesn't mean you're crazy, weird, or such, it means you know that you need help and therefore you seek for it. That's a good thing! Again, cuma lo sendiri yang tahu bagaimana keadaan lo.
For you who's standing on the edge : Kalo udah nggak kuat, jangan malu buat cerita ke teman, ke keluarga, atau malah pergi ke psikiater. That doesn't mean you're crazy, weird, or such, it means you know that you need help and therefore you seek for it. That's a good thing! Again, cuma lo sendiri yang tahu bagaimana keadaan lo.
Last note : Please die after you found what you live for.
Well, this is all my thoughts. See you on the next part!
Additional: A video of a man working at Golden Gate Bridge. He'd tell you some stories about those who left because of suicide.
Well, this is all my thoughts. See you on the next part!
Additional: A video of a man working at Golden Gate Bridge. He'd tell you some stories about those who left because of suicide.
0 comments:
Post a Comment