Tulisan ini merupakan bagian dari proyek menulis perjalanan mendapatkan gelar Sarjana Sains pada program studi S1 Geografi Tahun 2016-2017. Tulisan ini ditulis oleh ©faizahfinur dan akan di-update selama proses penulisan skripsi tanpa waktu yang pasti.
---
Memasuki penghujung bulan April, satu per satu teman-teman saya sudah mulai memulai langkah selanjutnya menuju kelulusan; melaksanakan seminar draft atau hasil penelitian. Di departemen saya, kamu perlu melakukan 2 tahap seminar sebelum melakukan sidang akhir, yaitu seminar proposal dan seminar draft. Meskipun pada tahun ini, yang didominasi angkatan saya, melaksanakan seminar proposal tidaklah wajib. Melaksanakan seminar proposal atau tidaknya ditentukan oleh pembimbing dan penguji mahasiswa yang bersangkutan. Hal ini (sepertinya) dikarenakan jumlah mahasiswa angkatan saya jauh lebih banyak dibandingkan angkatan sebelum-sebelumnya.
Saya sendiri beserta teman-teman yang memiliki pembimbing yang sama tidak melaksanakan seminar proposal. Jika tidak melaksanakan seminar proposal, maka kamu harus menghampiri satu per satu dosen pembimbing dan pengujimu untuk meminta nilai kelayakan atas proposal yang kamu ajukan, karena pada dasarnya seminar proposal dilakukan untuk menyetujui atau menolak ide yang kamu ajukan. Jika proposalmu sudah disetujui, dengan atau tanpa revisi, langkah selanjutnya adalah jalan ke lapangan! Jika mayoritas data yang kamu gunakan adalah data primer, tahap ini adalah tahap yang paling penting. We never knew what fact we could enconter on field, right?
Setelah jalan ke lapangan atau melakukan survei, tinggal menyusun dan mengolah data-data yang kamu dapatkan, menyambungkannya dengan teori, kemudian voila! Bab 5 berisi hasil dan pembahasan ide milikmu sudah selesai! Hehehe, terdengar sangat gampang ya, padahal pada kenyataannya riweuh pisan. Ya bingung ini, bingung itu, pembimbing satu bilang begini, pembimbing dua bilang begitu. Revisi, revisi, revisi, revisi lagi, revisi terus. Satu kata yang nggak akan habis terdengar sampai kamu resmi pakai toga.
Banyak orang (di departemen saya) berkata bahwa seminar draft adalah tempat "pembantaian" yang sesungguhnya. Jika dipikir-pikir, memang benar sih. Ketika seminar draft, hasil dari olahan data juga survei yang kamu lakukan masih mentah, belum pernah dilihat oleh dosen pengujimu, yang mana akan sedikit banyak berpengaruh pada mental mahasiswa yang sedang diuji. Jika kamu sudah berhasil melewati seminar draft dengan lancar, maka pada sidang sesungguhnya kamu hanya tinggal menjelaskan kembali apa yang sudah kamu jelaskan pada seminar draft sebelumnya, lengkap dengan revisi-revisi yang sebelumnya sudah diberikan. Tapi jika seminar draft milikmu aneh-aneh, baik dalam pengertian banyak hal yang tidak disetujui atau pun kamu menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak sesuai konteks, you're doomed. Nilai seminarmu bisa jeblok, lalu dosen pengujimu akan memasang muka furious yang bikin jiper waktu mau kamu samperin. Yah, saya juga sebenarnya belum ngalamin sih. Denger cerita orang-orang aja ini mah, hehe.
Well, semoga skripsimu dan skripsi saya dimudahkan prosesnya!
Saya sendiri beserta teman-teman yang memiliki pembimbing yang sama tidak melaksanakan seminar proposal. Jika tidak melaksanakan seminar proposal, maka kamu harus menghampiri satu per satu dosen pembimbing dan pengujimu untuk meminta nilai kelayakan atas proposal yang kamu ajukan, karena pada dasarnya seminar proposal dilakukan untuk menyetujui atau menolak ide yang kamu ajukan. Jika proposalmu sudah disetujui, dengan atau tanpa revisi, langkah selanjutnya adalah jalan ke lapangan! Jika mayoritas data yang kamu gunakan adalah data primer, tahap ini adalah tahap yang paling penting. We never knew what fact we could enconter on field, right?
Setelah jalan ke lapangan atau melakukan survei, tinggal menyusun dan mengolah data-data yang kamu dapatkan, menyambungkannya dengan teori, kemudian voila! Bab 5 berisi hasil dan pembahasan ide milikmu sudah selesai! Hehehe, terdengar sangat gampang ya, padahal pada kenyataannya riweuh pisan. Ya bingung ini, bingung itu, pembimbing satu bilang begini, pembimbing dua bilang begitu. Revisi, revisi, revisi, revisi lagi, revisi terus. Satu kata yang nggak akan habis terdengar sampai kamu resmi pakai toga.
Banyak orang (di departemen saya) berkata bahwa seminar draft adalah tempat "pembantaian" yang sesungguhnya. Jika dipikir-pikir, memang benar sih. Ketika seminar draft, hasil dari olahan data juga survei yang kamu lakukan masih mentah, belum pernah dilihat oleh dosen pengujimu, yang mana akan sedikit banyak berpengaruh pada mental mahasiswa yang sedang diuji. Jika kamu sudah berhasil melewati seminar draft dengan lancar, maka pada sidang sesungguhnya kamu hanya tinggal menjelaskan kembali apa yang sudah kamu jelaskan pada seminar draft sebelumnya, lengkap dengan revisi-revisi yang sebelumnya sudah diberikan. Tapi jika seminar draft milikmu aneh-aneh, baik dalam pengertian banyak hal yang tidak disetujui atau pun kamu menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak sesuai konteks, you're doomed. Nilai seminarmu bisa jeblok, lalu dosen pengujimu akan memasang muka furious yang bikin jiper waktu mau kamu samperin. Yah, saya juga sebenarnya belum ngalamin sih. Denger cerita orang-orang aja ini mah, hehe.
Well, semoga skripsimu dan skripsi saya dimudahkan prosesnya!
0 comments:
Post a Comment