Wednesday, February 5, 2014

Note for my dearest F

People said, it's about the journey not the destination.
But what we had along the journey, will decide the destination, isn't it?
When all destination we actually had is coming home,
Love will walk us towards it.

Selamat sore! I just took my afternoon bath as soon as I arrived. And during the time, I was thinking about the thing my best told me about. This post is about love and all its concerned. It's funny though because my own self hasn't been in relationship before. But well, this is just gonna be a writing from my point of view. I won't tell who the couple is, because this is just the way I look through them. After almost 5 years I'm being the alive witness (lol pardon my hyperbolic choice of words), I think I should write this.

Hubungan selama hampir 5 tahun yang sudah terjalin itu akhirnya kandas. Bak sebuah perahu yang menabrak karang besar, merobek lambungnya, dan kemudian tenggelam. Bukan tanpa sebab jika hubungan itu akhirnya harus berakhir. Toh, selama waktu hubungan itu (lebih) banyak diwarnai dengan tangisan juga kata-kata putus dan usaha move on. Lagipula, sang empunya perasaan sempat memutuskan untuk menjalani Hubungan Tanpa Status yang boleh kubilang cukup berhasil jika dibandingkan dengan resminya hubungan mereka sebagai sepasang kekasih. 

Namun sekarang, semuanya benar-benar telah selesai. Sang pria bahkan sudah menemukan pengganti sang wanita, hanya dalam hitungan kurang dari satu bulan. Jika boleh kukatakan, hampir semua teman terdekat sang wanita tahu tentang hal ini. Lebih dikarenakan pengganti sang wanita notabene adalah salah satu teman terdekatnya. Aku tak tahu bagaimana harus menanggapinya ketika baru pertama kali mendengar kabar ini. Yang ada dalam pikiranku hanya, "Apa segampang itu ya move on? Apa secepat itu menemukan pengganti untuk mengisi hati yang kosong? Apa semudah itu jatuh cinta? Semudah itu melenyapkan kenangan selama hampir 5 tahun berselang? Atau sang pria merupakan tipe womanizer yang mampu menundukkan hati wanita dalam sekejap?". Aku segera menyingkirkan opsi terakhir karena ya aku mengenal sang pria dan sempat beberapa kali bertemu dengannya. And well, here I am. Still falling in love with the South Korean guy. Oke lupakan, mungkin he's just not my type or whatever. Pada intinya, menurutku dia nggak setampan itu untuk jadi tipe pria womanizer. Yah, walaupun seperti cantik, tampan juga merupakan hal relatif.

But really, I'm obviously right. It's not easy to erase all almost-5-years memories a couple has ever had. Sang wanita bilang padaku bahwa deeply in her heart, she's still loving him no matter what. And so is the man. Pertanyaanku sekarang, apakah tepat kata-kata itu diucapkan ketika sebuah hubungan sudah berakhir dan salah satu pihak telah memulai suatu hubungan yang baru? Apakah adil bagi sang wanita di antara mereka untuk diperlakukan seperti itu? Terlebih lagi sang pria meminta sang wanita menunggunya hingga mereka dewasa dan sudah benar-benar siap dengan segala konsekuensinya. Cih, that's the most fierce words I've ever heard. How childish! How could a man say that? Pria macam apa yang meminta seorang wanita menungggunya dengan setia sementara dia menjalin hubungan dengan wanita lain? Pria macam apa yang meminta seorang wanita untuk tidak jatuh cinta lagi kepada orang selain dirinya sementara dia menikmati curahan cinta dari wanita lain? Dan yang membuatku tak habis pikir, he realized it. He's damn realized it. Dia sadar kalau dia egois dan bilang kalau dia ingin agar sang wanita bahagia? Damn you man, which part of your sentence indicate a sincere will to make the woman happy, hah? If only I could punch you right on the face, I would have gladly done that years ago.

Aku benar-benar kehabisan kesabaranku kali ini. I've seen how many tears she shed for him. Dan aku benar-benar kehabisan alasan kenapa sang pria seperti tak pernah lelah membuat sang wanita menangis. For god freaking sake, don't you know how ugly a woman could be when she's crying? I do even hate it. She told me everything she could tell. The man's sweet attitudes, caring, and love. Or also how the man "cheat" on her. Aku selalu bilang padanya, "Just go get a new one, please. You've shed so many tears these few years. Just because of him." And she'd always say, "Iya Zah. Gue mau move on kok." But always ended up with they're getting back together. Kalau sudah begitu, aku bisa apa? Posisiku disini hanya sebagai pengamat, sebagai seorang sahabat yang cuma bisa mendoakan yang terbaik bagi sahabatnya. It's their feeling though, not mine. So, why bother to force them break up?

Cuma mau bilang, I don't wanna influence you to take any decision of holding this kind of relationship. It's all yours, after all. Sekali lagi, ini cuma pandangan gue doang. Kalo boleh saran sih, ya monggo pelan-pelan move on. I have no heart to see you crying for him anymore. I'm fed up. But seriously, this has nothing to do with me so I'll pray for the best relationship you could get, girl. Though yours will eventually end up with him, it doesn't even matter. Fate couldn't somehow be wrong, right?


For my lifetime buddy, I hope you get the right one (and so do I).
Love,

Fai
Share:

0 comments:

Post a Comment