Monday, August 14, 2017

Menginsyafi Kehilangan

Sudah 4 hari berlalu sejak saya kehilangan pie susu. Iya pie susu, kalian tidak salah baca. Saya kehilangan pie susu saya di bandara karena kecerobohan saya sendiri, yang entah kenapa sangat skip sebelum naik bus damri dan baru ingat satu jam setelahnya. Pie susu itu, yang merupakan sedikit buah tangan dari hasil seminggu terpanggang matahari Bali dan Lombok, sirnalah sudah. Merasa bersalah tentu, karena niat saya untuk memberikannya pada teman dan keluarga tentulah harus batal pula. Saat itu, yang bisa saya lakukan hanya tertawa, tertawa menyadari dan menyesali betapa cerobohnya saya sebagai seorang manusia.

Tapi ada satu hal lain yang saya sadari saat itu (selain kecerobohan saya yang ternyata parah), bahwa kehilangan tidak melulu harus melalui perantara. Bahwa kehilangan tidak melulu harus melalui orang lain. Dan bahwa kehilangan tidak selalu berarti ada yang dicuri, namun bisa juga disebabkan oleh diri sendiri. Saat sesuatu ditakdirkan untuk hilang dan pergi, maka hilanglah, maka pergilah. Tak peduli dengan cara sekonyol dan sesepele apapun kelihatannya.

Semoga apa-apa yang hilang, baik yang telah diambil dari dan/atau ditinggalkan oleh kalian dihitung sebagai pahala keikhlasan.

((dan semoga saya tidak ceroboh lagi))

Ps: As I also post on my tumblr
Share:

0 comments:

Post a Comment