Hari senin kemarin, kami mulai memasuki minggu UAS. Hanya ada satu ujian di hari itu, jam 3 sore. Salah seorang temanku marah di ruangan tempat kami akan melaksanakan ujian, marah pada teman-teman sekelasnya yang mencontek saat UTS hingga UTS nya harus diulang. Khusus kelas itu. Aku yang baru datang, baru sempat melongok ke dalam, mendengar sedikit dari apa yang ia bicarakan; tak lebih, hanya mengajak teman-temannya jujur dan percaya pada kemampuan sendiri. Aku terdiam. Salut pada ajakannya yang mungkin terlihat menyebalkan bagi beberapa orang. Saat itu, salah seorang seniorku menghampiri dan bertanya, "Ada apaan jah? Itu kok marah-marah?" Aku yang memang belum tahu perkara detilnya (aku tahu setelah masuk ruangan) hanya sekedar menjawab "Itu kak, dibilangin biar UASnya jangan pada nyontek." Dan tahu apa jawabannya? "Alah, sok idealis temen lo." Dan aku menanggapinya dengan "Yeee kok gitu" kemudian ia ngeloyor pergi.
Jujur. Satu kata yang mudah terucap namun sangat sulit dilakukan. Kerap kali justru digunakan dalam konteks yang salah. Sifatnya prinsipil, harusnya jadi landasan hidup seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Jujur. Satu kata yang mudah terucap namun sangat sulit dilakukan. Kerap kali justru digunakan dalam konteks yang salah. Sifatnya prinsipil, harusnya jadi landasan hidup seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Harus kuakui, satu kalimat dari seniorku diatas menamparku juga. Seketika berbagai pertanyaan berkelebat saat ia pergi. Idealis? Jadi itu sebutan untuk orang yang tetap mencoba jujur di zaman sekarang? Dimana letak salahnya? Apa salahnya jadi jujur? Aku tak melihat kesalahan dimanapun dari seseorang yang mempertahankan prinsipnya untuk jujur. Dan mengajak orang? Tak ada salahnya juga. Ia hanya mengajak, bukan memaksa. Toh ia tak melakukan apapun selain mengajak. Ia tak tahu. Aku, salah satu dari mereka yang ia bilang idealis. Atau naif, mungkin beda tipis. Aku tak tahu. Yang jelas, aku dari sekian orang yang berprinsip bahwa jujur di atas segalanya, apalagi saat ujian, mau nilaimu bagus atau tidak, itu hasil usahamu sendiri. Aku, satu dari sekian orang yang mengutuk orang yang bahagia dengan nilai bagus karena hasil menyontek. Aku, satu dari sekian orang yang mencibir orang-orang yang mau dijajah kebohongan, membuatnya besar dan jumawa.
Baiklah, bilang aku idealis. Bilang aku tidak riil, tidak mampu menafsirkan situasi dan kondisi yang sedang terjadi di dunia masyarakat sekarang ini, tidak mampu menyesuaikan diri, atau apalah, aku tak peduli. Aku masih tetap seseorang yang akan menganggap semua orang baik, meski tak pelak kadang dirundung curiga. Aku masih tetap seseorang yang akan berusaha maksimal dalam setiap usahanya untuk apapun, tak peduli bagaimanapun hasilnya. Aku masih tetap seseorang yang akan selalu percaya bahwa Allah punya tabungan kebaikan amal kita yang belum diberikannya lunas saat kita gagal melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Aku masih tetap percaya bahwa jujur adalah hal paling penting yang harus seseorang pegang saat bermasyarakat. Aku tak berlagak jadi suci, aku hanya berlatih menakar kapasitas diri.
0 comments:
Post a Comment