Wednesday, October 30, 2019

Belajar Dari Anime Shounen

Mohon maafkan judul yang sangat lame ini, tapi postingan kali ini akan berisikan tulisan sesuai judulnya.
***
Pertama-tama, kalau ada yang belum tau, anime adalah bentuk animasi dari manga/komik Jepang. Sedangkan shounen sendiri adalah sebuah genre komik yang ditujukan bagi remaja laki-laki, biasanya memiliki seri yang banyak dan panjang. 

Lalu, kenapa gue sebagai anak perempuan malah suka komik laki-laki?
Simpel banget jawabannya, karena seru.
Bagian apanya yang seru? Let's see.

Komik dengan genre ini biasanya punya tokoh utama laki-laki dengan semangat juang tinggi. Side charactersnya akan ditentukan oleh genre-genre sampingannya, misalnya sport atau fantasy atau supernatural, you name it. Setelah itu, si tokoh akan dibawa menghadapi permasalahan-permasalahan yang berujung pada ketidakmampuannya akan sesuatu, atau gampangnya, mentok di batasannya. Terus, harus ngapain dong doi?

Jawabannya cuma satu : pushing through his limit. Dia mendorong lebih jauh batasan dirinya.

Gila, pikir gue waktu pertama kali nonton anime dengan genre ini, kenceng banget woy tekadnya, anjir lah gue mah nggak ada apa-apanya. Kok bisa ya kayak gitu? Padahal caranya nggak gampang, sampai harus nangis-nangis karena kalah dan ngerasa nggak bisa apa-apa, latihan sampai kaki bengkak, dll.

Menonton anime shounen membuat gue belajar bahwa semua hal bisa dicapai kalau gue mau berusaha dengan keras tanpa kenal lelah. Bahkan setelah jatuh berkali-kali, kalah berkali-kali, gue harus tetap bangun, gue harus tetap latihan.

Tapi yang paling utama, lakukan dengan senang dan tujuan yang jelas.

Sering banget gue mikir, anjay enak banget jadi karakter anime ya, yang lo pengenin dan cara mencapainya tuh udah jelas, tinggal lakuin aja. Wkwkwk dasar faizah, hidupnya penuh kebingungan.

Satu hal lain yang paling bikin gue ngiri sama tokoh utamanya : teman-teman yang selalu mendukung.

Seru aja gitu nontonnya, latihan bareng-bareng, senang bareng-bareng, sedih bareng-bareng. Karena apa? Dipersatukan oleh tujuan yang sama. Memang benar ya kalo ada yang bilang 10 tuh lebih baik daripada 1, karena kita jadi lebih kuat. Makanya ketika karakter-karakter ini pisah jalan, suka sedih aku tuh. Walaupun memang seringnya anime dengan genre ini menguras emosi.

Pada intinya, menurut gue, nonton anime nggak melulu buang-buang waktu. Selain menghibur, nonton anime juga bisa memberikan semangat buat terus maju mengejar tujuan lo kok. Anggap saja sedang istirahat sebentar.
***
Ih aneh pisan udah lama nggak nulis. Hampura atuh yak. This post didn't turn out to be what I imagined it to be, but well, I guess my mind is too fucked up to write something decent right now. I'd just leave this here as a fail memento.
Share:

Monday, July 8, 2019

Sebuah Catatan Perjalanan dari Traveling ke Korea (+Itinerary)

Have you ever wondered, when you were on a trip, why you got there? Does that only another impulsive act you pull? Because you got money to spend and your mind was just so full that you decide to go anywhere? Or you are one of those who practice the words of "we travel to come home?" Or is it really your dream trip? These things are what lingers around my mind when I was going somewhere. I keep wondering and wondering about everything.

Going to Korea is one of my impulsive acts, I gotta admit. Waktu itu ada tiket promo, so my friends and I were like "jadiin lah yuk" hahaha then be it. Setelah beli tiket, ternyata ada hal-hal di luar dugaan yang bikin gue jadi meragu kembali. Setelah berpikir berkali-kali akan betapa mubazirnya tiket yang udah kebeli plus penginapan, akhirnya tetep aja gue beraniin berangkat walaupun nekat. Gue berangkat bareng sama adek gue dan dua orang teman gue, ke Korea selama 10 hari cuma bawa uang cuma 300 ribu won dong gelo siah wkwk.

Hari pertama, 1 April 2019. First flight = no sleep. Gue jam 1 atau 2 pagi gitu udah nangkring di bandara dong hahaha ya gimana nggak, flight jam setengah 6 pagi di hari senin. YES, A FREAKING MONDAY. Bayangin macetnya kalo gue berangkat siang sedikit......bye........walaupun pada akhirnya pesawatnya baru depart jam setengah 7 gitu sih. Dari Jakarta, pesawat gue (Cathay Pacific) transit di Hongkong sekitar jam 12an siang waktu sana. Gila woy bandara Hongkong kenapa gede banget hiks maaf aku norak kak belom pernah kesana :( karena tadi jadwalnya delay, kita transit sambil lari-lari nyari gate 100an sekian apa ya kalo ga salah pokoknya kita harus naik kereta lagi gitu deh buat sampai ke gate itu woy gila sih itu udah lari-lari ternyata masih jauh sampe harus naik kereta lagi??? Untung gak telat. Nah terus ternyata kita masih transit lagi di Taipei sebelum ke Incheon?! Padahal tulisannya cuma transit di Hongkong aja. Jeng jeng, bingung lagi kan tuh nyari gate. Hahaha soalnya tiap keluar gate langsung banyak duty free shop gitu yang lebih mirip mall daripada cuma bandara dengan toko-toko. Baiq, akhirnya setelah satu jam transit di Taipei, kita caw ke Incheon dan sampai sekitar pukul 20.30. Keluar terminal, nyari convenience store buat ngisi T-Money karena kita mau naik kereta ke daerah Unseo-dong, Incheon tempat kita menginap malam itu. Begitu sampai stasiun paling dekat dari hotel, melangkahkan kali keluar stasiun, langsung BRRRRRRRRR menggigil seketika. Hahaha badan tropis tiba-tiba disambut sisa-sisa angin musim dingin, ya begitulah jadinya. Beruntung, the hotel was only around 150 meters away from the station.

Hari kedua, 2 April 2019. Gue, adek gue, dan satu orang temen gue pergi ke Jeju. Pergilah kami dari Incheon ke bandara Gimpo, karena flight ke Jeju termasuk rute domestik, jadi berangkatnya dari Gimpo Airport. Nah, di Gimpo ini kami berencana ngambil wifi yang udah di-book dari Indonesia kan. Ealah ternyata harus punya kartu kredit fisik buat depositnya (nggak bisa pake jenius hey!). Yha aja kan, jadi hangus deh gabisa diambil hahaha. Akhirnya kami cuma mengandalkan wifi publik aja wkwk tenang jika ada kemauan pasti ada jalan. Oh iya, sekedar info, baik di Incheon maupun di Gimpo ini disediain prayer room untuk teman-teman muslim yang mau sholat. Tapiiii harus nanya dulu ke information desk, karena biasanya si prayer room ini dikunci dan kuncinya yang megang ya petugas bagian informasi itu. Oke next, kami sampai di Jeju sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Suhunya masih rendah, sekitar 7 derajat gitu kalo nggak salah. Untuk menuju hotel, kami naik bus dari bandara. Ini lol banget sih tapi si pak supirnya ngebut banget mon maap, entah karena lagi kosong atau pingin cepat-cepat pulang atau emang kecepatan normalnya segitu, kami nggak ada yang tahu. Pokoknya gue sendiri sampai kepentok bangku waktu nyari tempat duduk, mengaduh sambil cengar-cengir liat-liatan sama yang lain. Sampai di hotel, bobok!
Ini sign tempat sholat/prayer room di Gimpo Airport

Sky Hill Hotel, tempat gue menginap di Jeju
Hari ketiga, 3 April 2019. Ini waktu seharian full jalan-jalan di Jeju. Kami keluar hotel pukul 09.00 pagi. Suhu menunjukkan angka 9 derajat plus angin-angin semriwing yang berhembus tidak kenal lelah. Wkwkwkw asli lah dingin banget kacau, bajunya sampai udah pada berlapis-lapis (kecuali gue cuma kaos plus jaket biasa aja). Tujuan kami hari itu : Hallasan National Park. Iya, hiking. Ini salah satu gunung yang bisa didaki, ada trail nya juga udah disiapin. Pokoknya cuma tinggal siap badan dan stamina aja deh. Nah, tapi kalau mau sampai puncak, harus datang lebih pagi. Soalnya ada ketentuan harus sampai di pos pos kedua/ketiga sebelum pukul 12.30 baru boleh naik ke puncak. Singkat cerita, si adek nggak kuat naik hahaha padahal baru jalan sejam dan cuma sejauh 900 meter-an gitu. Akhirnya kita turun deh dan balik ke arah hotel. Di Naver Map, ada titik Cherry Blossoms gitu deket Jeju National Univ. Walhasil, turunlah kami di Jeju National Univ Entrance. WIIIII, SEPANJANG JALAN DONG POHON-POHONNYA! Memang sih, di sepanjang jalan pohon-pohon tuh udah mekar dan bagus banget, tapi nggak nyangka juga kalo bakal selebat itu di sepanjang jalan ini. Huhu senang ternyata worth it juga ke Jeju walaupun nggak hiking sampai puncak :') sisa hari ini dihabiskan dengan jalan-jalan dan foto-foto di sepanjang jalan berbunga!

Papan informasi jalur trekking Gunung Hallasan
Trek pendakian. Looks easy, eh? Iyasih tapi dinginnya itu loh bosqu

Pohon sakura di sepanjang jalan menuju Jeju Univ. Such a beauty!

Hari keempat, 4 April 2019. Jeju to Seoul! Sebelumnya, kami harus balik dulu ke Incheon ngambil koper yang dititipin di hotel hehe berat euy ke Jeju bawa koper :') Apartemen yang kami sewa ada di daerah Sindang, dekat dari stasiun subway, cuma jalan kaki kurang dari 5 menit. Setelah leyeh-leyeh sebentar dan mandi, kami caw ke Itaewon. Ngapain tuh? Ke Seoul Central Mosque hahaha. Gue personally kepo dengan masjid ini, jadi ya sekalian kan disempetin. Di daerah sini, bertebaran makanan halal, banyak juga yang namanya pake nama Indonesia. Tinggal pilih aja guys. Setelah sholat, ada yang ngeliat toko Line Friends hahaha dasar wanita tidak tahan melihat yang lucu-lucu, maka masuk lah kami berempat kesana. Gue sih nggak beli apa-apa ya, abis bingung euy sejujurnya jadi cuma numpang foto lol shameless me. Selesai disitu, terus ke Myeongdong. Sebuah pengakuan bahwa sejujurnya gue ke Myeongdong hanya untuk mengunjungi SPAO dan membeli Harry Potter sweaters, karena mereka lagi collab. Iya freak parah nggak sih gue :( di Myeongdong juga ada Line Friends (lagi) dan seabrek-abrek toko kosmetik dan skin care. Kalian kalau mau belanja skin care gitu disini bisa banget guyssss tokonya ada dimana-manaa like setiap belokan adalah toko Nature Republic, The Face Shop, Holika Holika, dan lain-lain, you name it. Gue dan adek gue yang notabene tidak suka belanja, seketika menjadi pusing hahaha karena rameeeeee banget kayak pasar malem tau nggak sih yang makin malem makin rame? Iya begitu. And we came across many people from Indonesia here. Bahkan, ada satu toko yang mas-masnya overheard omongan si adek yang nanya "ini mau kemana lagi dah?" terus dijawab sama si mas "kesini aja kak, ke toko ini belum" segera saja gue dan si adek kompak ngeliatin mas-masnya sambil melipir dan ketawa. Jadi, sepertinya si mas adalah orang Indonesia yang lagi kerja di toko itu. Sudah lelah berdesak-desakan, serta kaki yang mulai terseok-seok pegal, saatnya kembali pulang!

Meet my twinnies, Brongs at Line Friends!
Hari kelima, 5 April 2019. Weeeeeey kakinya pegel banget sistur, adek gue ingin meringkuk aja seharian katanya di apartemen karena temen-temen gue masih pada mau belanja lagi dan ke kafenya Jongin. Akhirnya oke mereka pergi duluan. Gue dan adek gue pergi setelah sholat zuhur. Tapi ternyata beda tujuan hahaha. Iseng-iseng, kami mencoba mampir ke salah satu kafe milik artis kpop lainnya. Yes, Mouse Rabbit by Yesung Super Junior. It's unfortunate that we didn't get to meet him lololol but the service was so poor. Gue tidak merasa diperlakukan dengan baik, malah cenderung jutek waitersnya huft kesal. Tapi kopi dan kuenya enaaak hhhh. Nah, setelah dari sini tadinya ku ingin langsung pulang. Eh tapi kok masih sore ya? Jalan lagi kali ya? Jeng-jeng akhirnya dengan keimpulsifan lainnya, pergilah kami ke COEX SMTOWN. Gue dan si adek cuma bisa bengong begitu keluar dari stasiun. LUAS BANGET WOY HALAMAN GEDUNGNYA YA LORD pantesan kalau ngeluarin merch atau tiket konser mahal. Tapi beneran gue sangat amazed dengan jarak dari pinggir jalan ke gedungnya alias Garis Sempadan Bangunan (GSB)-nya yang lebar banget. Apa sih isi COEX SMTOWN? Ada SMTOWN Museum, SMTOWN Theater, sampai Gift Shop. SMTOWN Museum tuh ya.....sesuai namanya, museum yang memajang album-album, photobook, sampai kalian bisa ambil foto pakai teknologi Virtual Reality (VR) dengan artis-artis di bawah asuhan entertainment ini. Mulai dari TVXQ, Super Junior, Girls Generation, SHINee, f(x), Red Velvet, sampai NCT. Disini kalian juga bisa lihat backstage untuk konser, ruang rekaman, sampai ruang latihan mereka. Worth it? Buat gue pribadi sih worth it, apalagi bisa duduk sambil dengerin album-album yang dipajang, liat-liat ruang latihan (NCT) sampai ruang rekaman yang sepengetahuan gue masih digunakan sampai hari ini. Cuma kemarin gue kurang lama aja sih karena harus ngejar jadwal nonton lol. Sedangkan SMTOWN Theater adalah bioskop yang memutarkan film-film dari konser grup-grup ini. Nah, kalau untuk yang satu ini, ada jadwalnya. Misalnya hari ini pukul 12.00 EXO, sorenya pukul 15.00 TVXQ, begituu jadi harus di cek dulu untuk nonton grup favorit kalian. Bedanya dengan nonton di laptop? Hm, ini layarnya 180 derajat dan suaranya 360 derajat alias kalian kayak lagi ada di konser beneran aja tapi tanpa artis yang bersangkutan hahaha. Worth it? Not really. Menurut gue nggak jauh beda sama nonton di laptop :(

Cake coklatnya boi juaraa!

Penampakan depan Coex SMTOWN.
Nggak kelihatan halamannya, tapi luas banget cri

Hari keenam, 6 April 2019. Nami Island, here we come! Ada 3 cara untuk menuju Nami-seom atau Nami Island, yaitu menggunakan shuttle bus, naik ITX atau kereta ekspres, atau kereta biasa. Gue milih naik kereta biasa aja. Plusnya, harganya lebih murah daripada shuttle bus/ITX. Minusnya, keretanya datengnya lama banget saudara-saudara, alias perlu nunggu lama hahaha. Kalau kalian males nunggu, naik KTX lebih disaranin sih. Naik kereta biasa atau ITX sama-sama perlu turun di Stasiun Cheongnyangni. Tujuan kereta ini adalah Stasiun Gapyeong. Dari stasiun ini, kalian bisa naik bus umum atau bus wisata yang keliling daerah itu (Petite France, Garden of Morning Calm, etc). Gue pribadi cuma ke Nami aja karena menghemat budget wkwkwk. Terus di Nami, huaaa ada perpustakaan buat anak kecil gitu ya Allah hati gue menjerit banget liat buku huhuhu gemes banget gue kalo jadi warga korea udah gue ajak kali anak gue ke situ tiap bulan. Cabut dari Nami, temen-temen aing malah ngajak nyari sakura ke daerah Jangan-dong. Gue kira bakal ada festival gitu kan, eh ya ternyata b aja cuma taman penuh bunga sakura aja wkwkwk.

Perpustakaan Anak di Nami Island



Hari ketujuh, 7 April 2019. Saatnya menggunakan Discover Seoul Pass! This is a one way pass for several famous destinations in a limited time. Kalian bisa milih kartu 24/48/72 jam. Gue kemarin pilih yang 48 jam sih, dan by 48 hours it means THE REAL 48 HOURS alias jamnya dihitung dari pertama kali kalian tap di destinasi yang kalian inginkan. SOOOO MAKE SURE TO UTILIZE THIS TO THE FULLEST. Soalnya lumayan banget guys beda harganya. Too bad, gue tidak memanfaatkannya dengan benar. Di hari ini, gue cuma pake kartu ini di Hanboknam (tempat nyewa hanbok), Gyeongbokgung, dan Namsan Tower. Gue pengen banget ke Museum of Contemporary Art yang letaknya pas banget di depan Gyeongbokgung, tapi teman-temanku tidak mau hwhwhwh ok maka jalanlah gue dan adek gue mencari mushola yang ternyata ada di K-Style Hub, di pinggir Sungai Cheonggyeocheon. Untuk kesana, kami harus menembus keramaian Insadong yang super banget ramenya nggak ngerti?? Ini tuh kayak Myeongdong gitu deh pokoknya sangat rameeee. Oh iya, mushola di K-Style Hub kecil dan cuma muat untuk 2 orang, letaknya ada di lantai 2. Setelah sholat, gue dan si adek nongkrong di pinggir sungai Cheonggyeocheon sambil jajan hahahah sekalian membayangkan SJ dan SNSD bikin video klip Seoul Song jaman baheula itu. Hilih. Di pinggir sungai ini tuh kayak ada banyak food stalls gitu, salah satunya jual takoyaki. Gue nggak tau ya ini akibat laper atau gimana, tapi asli enaaaak banget takoyakinya gila sih?! Eh btw gue juga nggak tau ini food stalls cuma ada hari minggu aja atau setiap hari di sore hari. Setelah puas ketawa ketiwi di pinggir sungai kayak warga lokal, kami caw ke Namsan Tower. Turun di halte bus, gue dan si adek celingak celinguk nyari pintu masuk yang ternyataaaa masih jauh alias perlu naik bis lagi ke atas. Capek deh. Hmm, truth be told, this is just iconic place to visit aja sih. Not really worth it. But since you're in Seoul, why not?

Gyeongbukgung from below lol

Namsan Tower
Hari kedelapan, 8 April 2019. Hari kedua menggunakan Seoul Pass. Gue, si adek, dan teman-teman mengunjungi Coex SMTOWN (SMTOWN Museum dan SMTOWN Theater). Kunjungan sebenarnya adalah di hari ini. Kemudian gue dan si adek sholat di COEX Exhibition hall sebelum lanjut ke COEX Aquarium. Sementara teman-temanku ke Apgujeong dan bertemu dengan anak NCT yang mereka bahkan nggak tau siapa. Gila nggak sih gue segitu nggak jodohnya sama anak-anak gue???HUHUHU kemudian karena lapar dan makanannya meragukan semua, gue dan si adek ngide banget belanja makanan ke Lotte di Jamsil. Woey gile nyari Lotte nggak pernah secapek itu. Lelah banget nyari supermarketnya ya plz. Huft.



Sebagian isi SMTown Museum.
Sungguh sebuah tempat bersenang-senang untuk SMStan seperti aqu.

Salah satu instalasi di Coex Aquarium

Starfield Library. This is so cool, tbh?!
Hari kesembilan, 9 April 2019. H-1 sebelum pulang. Gue dan si adek cuma ngendon di apartemen, meanwhile teman-temanku belanja lagi :')

Hari kesepuluh, 10 April 2019. Akhirnya pulang! Waktu transit di Hongkong, banyak banget orang Indonesia w o w banget wkwkwk ah jadi inget pas di pesawat ada ibu-ibu yang seenaknya lean back kursinya..........ya tentu saja aku sewot smh.

Summary: 
  • I enjoy South Korea despite the lack of food options available for me. Pork and lard are everywhere :(
  • I love Spring! May there comes a time to enjoy Autumn and Winter too!
  • NYESEL BANGET SEOUL PASS CUMA DIPAKAI KE SEDIKIT TEMPAT HUHU y'all don't make the same mistakes!!!!!!!
  • I love the transportation and the kindness the grandmothers (and an ahjussi) offer :') thank you!
  • This is probably just me, but somehow I smelled a weird smell in town, especially when I took public transportation. I don't know what smell it is but it's bothering me enough.
Rough Budget Calculation:
  • Pesawat PP (Cathay Pacific) = 3.700.000
  • Pesawat Jeju PP = 952.000
  • Visa = 592.000
  • Seoul Pass 48 hours = 600.000
  • Accomodation (Apartment + Hotel) = 1.400.000
  • Transportation = 500.000
  • Makan + Jajan-Jajan (oleh-oleh etc) = 3.000.000
Total = 10.744.000, ya 11 juta lah ya. All in rupiah guys rupiah bukan won :')

OKAY, THAT'S IT! Ga seru banget gak sih jalan-jalan gue wkwkwk belom puas :( semoga bisa balik lagi deh kapan-kapan. Aamiin!
Share:

Sunday, July 7, 2019

Thoughts on: Suicide

Gue berencana untuk membuat satu series tersendiri tentang hal-hal yang bagi gue sendiri terlalu personal untuk dibicarakan dan postingan ini adalah bagian pertamanya. Entah akan berlanjut atau tidak, let's see.
***
Semalam, salah satu teman gue baru saja "berbicara" melalui akun twitternya akan alasan yang menahannya untuk bunuh diri. Dia juga mempertanyakan kenapa orang-orang melarang seseorang untuk mengakhiri hidupnya ketika yang menjalani hidup tersebut adalah orang yang bersangkutan itu sendiri. Mengapa seseorang harus terus melanjutkan hidup dan tidak boleh menyerah? Mengapa orang yang ingin bunuh diri harus beralasan takut dosa? Apakah orang-orang akan bersikap sama jika tidak ada agama? Jika tidak ada konsep dosa, pahala, neraka, dan surga?

Sungguh pertanyaan-pertanyaan yang sangat menarik. Setiap orang pasti punya masalah, pernah putus asa, sampai depresi. Gue juga yakin orang-orang tersebut pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya, karena gue juga pernah. Kalo kata orang-orang, you're not alone (in fighting problems), well, itu benar. Tapi kita semua melawan masalah-masalah yang berbeda. Misalnya gue, ketika cerita ke si A, si A bilang "yang sabar ya. Gue juga tau kok rasanya." Bohong. Si A tidak pernah benar-benar tau rasanya jadi gue, karena dia bukan gue. I somehow believe that an empath does not really exist lol. Sehingga, yang tau perasaan seseorang itu ya cuma orang itu sendiri. The one who understands you is you and you alone, others are just trying to. Well, life's hard. What do you expect?

Kalo menurut gue, punya pikiran ingin bunuh diri dengan benar-benar melakukannya adalah dua hal yang sangat berbeda. 

Wajar punya pikiran ingin bunuh diri, karena kita nggak benar-benar tahu apa yang menunggu kita setelahnya. Apakah kita benar-benar akan dihukum jika kita bunuh diri? Apakah benar-benar ada surga dan neraka sebagai balasan semua perbuatan kita di dunia? Yang kita tahu hanyalah setelah mati, semua beres. Badan dan sel-sel otak sudah tidak berfungsi, maka masalah selesai. That's just how far our knowledge takes us. Keterbatasan ilmu pengetahuan. Btw, peneliti udah bisa belum sih mendefinisikan roh atau jiwa itu apa? Scientifically ya, soalnya selama ini roh atau jiwa dianggap sebagai substansi spiritual aja, yang nggak kelihatan.

Sedangkan untuk membunuh diri sendiri takes a HUGE courage. Kenapa? Alasan paling utama, karena sakit. Mana ada sih bunuh diri yang enak? Coba bayangin, lo harus memotong pembuluh darah yang ada di pergelangan tangan, vena atau arteri yang ukurannya kecil. Kalo lo pake cutter yang paling tajam aja, paling nggak butuh waktu sekitar 30 detik buat bisa nyentuh pembuluh darah karena dihalangin sama lapisan kulit. Belom lagi kalo darahnya keluar, udah sakit, lama pula nunggu darahnya keluar banyak sampai lemas dan akhirnya mati karena kehilangan banyak darah. Lebih cepet potong pembuluh aorta di leher. Tapi, susah juga buat motong pembuluh itu soalnya pembuluh paling besar di badan, lemak di leher juga kayaknya lebih banyak daripada di pergelangan tangan. Cara lain? Minum baygon atau racun? Harus kena lidah dulu, terasa pahit, terus nunggu bereaksi, baru bisa mati. Intinya, nggak enak. Tapi mungkin ada lah yang mikir, "halah apalah arti sakit segitu doang, hidup gue jauh lebih sakit dari cuma cutting/pahit dari cuma minum racun."

Alasan kedua, pernah nggak sih berpikir kalo hidup lo itu bukan cuma milik lo? Tapi juga milik keluarga lo, teman-teman lo, orang-orang yang kenal sama lo. If you decide to take your own life, make sure nggak ada lagi satu orang pun di dunia ini yang tau lo siapa. Bullshit banget kalo lo bilang "please lead a happy life" setelah lo bunuh diri ninggalin keluarga dan orang-orang yang lo kenal. Tau kenapa? You died along with some part of their heart, it create holes. Besar maupun kecil, kehidupan lo berarti buat mereka. Kalo tiba-tiba lo bunuh diri gitu aja, egois banget nggak sih? Hih, sangat sangat tidak bertanggungjawab.

Selama nulis 2 paragraf di atas gue juga mikir, gimana kalo orang yang mau bunuh diri adalah orang yang selama hidupnya tidak pernah mengenal orang lain? Hm, bayi kan nggak mungkin ya bunuh diri sendiri? Ngerti apa-apa juga nggak? So, untuk punya pikiran bunuh diri, seseorang harus tumbuh besar dulu, bisa berpikir apa jadi apa, ini untuk itu, dan lain-lain. Untuk tumbuh, sebagai manusia dengan sel-sel tubuh yang aktif, dia butuh makan. Either s/he got it dengan cara yang benar atau tidak, dia perlu berinteraksi dengan orang. Kesimpulannya, nggak pernah ada orang yang benar-benar tumbuh besar sendirian, tanpa berinteraksi dengan orang lain.

Oke, setelah bunuh diri secara nalar, balik lagi ke pertanyaan kenapa takut dosa dan neraka serta apakah akan tetap begitu jika konsep agama tidak pernah ada?

Karena gue muslim, gue jawab ini dari segi agama islam ya. Menurut gue, dosa dan neraka serta pahala dan surga adalah contoh Hukum III Newton dalam kehidupan beragama. Jika ada aksi maka ada reaksi. Ketika lo berbuat salah, pasti ada hukumannya. Ketika lo berbuat baik, maka ada hadiahnya. Gue percaya bahwa karma itu ada dan apa yang lo tanam pasti lo tuai, pada akhirnya. No matter how long it takes, it comes back to you. Bunuh diri dilarang dalam islam karena itu berarti berputus asa dari rahmat-Nya. Padahal Allah tuh sayang banget sama hamba-Nya. Dalam Al-Qur'an, surat An-Nisa ayat 29, Allah berfirman ".....dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." Kalo masih berpikiran, "ya terus kenapa hidup gue susah terus kalo Allah sayang?", ayo liat dari sudut pandang lain. Definisikan hidup susah versi lo; apakah karena permintaan lo tidak kunjung tercapai? Apakah karena lo kurang di bagian finansial? Dan apakah apakah lainnya. Terus mikir, ada nggak hal yang bikin lo senang hidup di dunia? Ada? Alhamdulillah, anggap aja itu alasan lo bertahan. Nggak ada? Oke, lihat apa semua orang lebih bahagia dari lo. Iya? Waduh, kelihatannya aja. Bisa aja mereka bahagia bohongan. Inget lagi, not everything as it seems. Semua yang kelihatan, belum tentu kenyataan. Everyone fight their own demons. Susah? Pasti. But at least, we tried to fight.

Next, bagaimana jika konsep agama tidak pernah ada? I've been wondering how the world would be if religion never exist. Sampai saat ini, jawaban gue masih sama : chaos. Kacau. Agama menurut gue adalah aturan, juga tuntunan. Kalo aturan hilang, orang-orang di dunia mau jadi apa? Liar? Semau gue yang penting happy? Mungkin ada yang berpendapat, ya bikin aturan biasa aja lah dari pemerintah. Pemerintah juga kan isinya individu-individu? Bukannya perlu juga pemersatu? Perlu pedoman? Makanya ada Pancasila di Indonesia, karena agamanya banyak. Tapi yang pasti, bunuh diri tanpa dikaitkan dengan agama hanya akan berakhir pada matinya jasmani, lalu selesai. Tidak ada pembalasan, tidak ada apapun. Sementara ketika mati, cuma badan saja yang sudah tidak berfungsi. How do they explain about souls? Kemana jiwa akan kembali? Terus kalau jiwa tidak benar-benar ada, mengapa istilah tersebut bisa muncul?

Last but not least. Menyerah adalah hak setiap orang, setiap individu, setiap bangsa jika perlu. Gue tidak melarang seseorang bunuh diri karena dia sudah menyerah akan hidupnya. Sungguh, gue nggak peduli. Tapi gue benci liat orang yang dzalim sama keluarganya dan teman-temannya. Dia bunuh diri, selesai menurut dia. Tapi dia bikin keluarganya nangis, ninggalin hutang dan tanggung jawab yang banyak. Nyusahin aja.

For each and every one of us : encouraging someone to live might not mean much for us, but it does matter for the said person. An empath might not exist, but trying to empathize with others is something we could work on. 

For you who's standing on the edge : Kalo udah nggak kuat, jangan malu buat cerita ke teman, ke keluarga, atau malah pergi ke psikiater. That doesn't mean you're crazy, weird, or such, it means you know that you need help and therefore you seek for it. That's a good thing! Again, cuma lo sendiri yang tahu bagaimana keadaan lo.

Last note : Please die after you found what you live for.

Well, this is all my thoughts. See you on the next part!

Additional: A video of a man working at Golden Gate Bridge. He'd tell you some stories about those who left because of suicide.


Share:

Monday, June 10, 2019

Riil vs Abstrak

“Impian ada di tengah peluh
Bagai bunga yang mekar secara perlahan
Usaha keras itu tak akan mengkhianati

Impian ada di tengah peluh
Selalu menunggu agar ia menguncup
Suatu hari pasti sampai harapan terkabul 

Impian setelah air mata
Bunga senyuman setelah tangis berhenti
Kuncup yang berusaha keras pun akan mekar

Impian setelah air mata
Ku percaya takkan kalah dari angin hujan
Sampai doaku mencapai langit cerah”

Beberapa bait lirik lagu dari JKT48 yang berjudul Shonichi (Hari Pertama) terus terngiang-ngiang di telinga saya beberapa hari terakhir. Bukan cuma karena adik lelaki saya yang memutar lagu tersebut berulang-ulang, namun juga karena setelah didengarkan dengan cermat, lagu ini amat menampar saya.
Sejak beberapa tahun lalu, saya seringkali berpikir menjadi idol adalah salah satu mimpi paling riil yang bisa dicapai seseorang. Audisi, latihan, latihan, latihan, hingga akhirnya bisa debut. Lelah, tapi pasti terbayar. Coba bayangkan punya mimpi yang begitu nyata dan dapat digapai seperti dalam lagu ini, bukan abstrak seperti milik saya. 
Haha, sungguh, punya mimpi menjadi orang baik mungkin hanyalah excusesaya agar dibilang masih punya mimpi. Lagipula orang baik punya banyak sekali indikator. Tak ada baik yang absolut dari segi pandang manusia. Baik bagi saya, belum tentu baik untuk kamu. Pun sebaliknya.
Sejauh ini, saya hanya punya satu mimpi riil : melanjutkan kuliah master di luar negeri dengan beasiswa. Iya, hanya itu.
Kenapa harus kuliah lagi? I lack in so many thingsI need to learn more. Saya masih bodoh.
Kenapa harus di luar negeri? Out of comfort zone. Not gonna be easy, I know. But this is the probably the only chance I got to strive and grow.
Tapi tahukah apa pertanyaan besar yang datang setelahnya? Setelah kuliah master terus mau jadi apa? HAHAHA. Sesungguhnya saya belum punya jawaban untuk pertanyaan ini.
Pasti menyenangkan punya mimpi riil yang benar-benar bisa diusahakan dan punya indikator keberhasilan. Mungkin…..saya harus memperkecil ruang lingkup mimpi abstrak saya lagi agar bisa diterjemahkan di hari-hari yang akan datang. Entah kapan. Mungkin besok, lusa, minggu depan, bulan depan, atau bahkan tahun depan, saya serahkan saja pada semesta. Atau malah, saya harus mulai memikirkan mimpi yang baru?
Purwokerto, 10 Juni 2019
Share:

Monday, April 29, 2019

Visa, Penginapan, dan Transportasi Korea 2019

No one asked to write this but probably would be a personal note for me in the future as well, so here it is : all about visa and my trip accomodation in Korea.

VISA!
Banyak orang yang takut parah waktu mau bikin visa, and it includes me too hahaha maklum, perjalanan pertama yang butuh "izin" resmi ya kan, bukan cuma dari ortu doang. Dokumen apa aja sih yang dibutuhkan buat apply visa? I list it below :

  1. Formulir aplikasi visa yang bisa di download sendiri disini (web kedubes korea) + foto
  2. Paspor asli + Fotokopi paspor
  3. Surat keterangan kerja/mahasiswa (ingat, IN ENGLISH ya jangan salah)
  4. Rekening koran (punya orang tua kalau belum bekerja) dan surat referensi dari bank (ini untuk lebih meyakinkan aja sih)
  5. Bukti laporan SPT Pajak
  6. Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
  7. Surat undangan kalau ada yang mengundang, misal kesana untuk kerja atau belajar (Optional)
Dah, cuma itu aja. Kalau semuanya udah lengkap, tinggal dateng ke kedubesnya, bayar ke KEB Hana Bank (ada di dalam kedubesnya, tenang) dengan harga sesuai berapa lama kamu bakal stay. Ada beberapa pilihan visa, mostly orang-orang apply untuk Single Visa karena tujuannya cuma liburan aja. Visa ini masa berlakunya <90 hari. Harganya Rp 592.000 per orang. Setelah bayar, nanti kamu dapat semacam stamp/perangko gitu untuk ditempel di form aplikasi (poin nomor 1).


Setelah beres bayar-bayar, masuk, ambil nomor antrian, tunggu dipanggil. Biasanya ada 2 loket yang buka, tapi kalo ndak mau nunggu lama-lama disarankan untuk datang pagi karena untuk apply cuma sampai jam 13.00 aja. Begitu dipanggil, kasih semua dokumennya, tunggu di cek sama petugasnya, dikasih bukti untuk ngambilnya. Aaaand, the wait starts here!

Biasanya, prosesnya butuh waktu minimal satu minggu buat selesai. Make sure you apply at the right time. Jangan terlalu cepat karena nanti masa berlakunya keburu habis, juga jangan terlalu mepet sama waktu keberangkatan karena pasti hectic dan prosesnya butuh waktu. Nah, karena namanya aja minta "izin", bisa disetujui dan ditolak dong. Jadi greget gitu kan deg-degannya waktu nunggu hahaha. Status aplikasi visamu bisa di cek disini. Sekedar tips, setelah apply mending lupain dan set reminder 7 hari setelahnya atau sesuai tanggal yang tertera di bukti apply-nya biar deg-degannya pas hari H aja hahaha. 

Kalau statusnya accepted, horaay to your trip
Kalau ditolak..........i'm sorry i don't know why...........they said it's a secret between God and the embassy higher ups. Also, if im not mistaken, baru bisa apply visa lagi 3 bulan setelahnya. BUT I WISH IT WON'T HAPPEN TO YOU

Frequent Questions you'd probably ask (because so did i):

  • Mending lebih dulu beli tiket pesawat atau apply visa?
My friend, life is all about gambling. You take risks you think yourself could handle. HAHAHA saya juga kemarin ketar-ketir visa ditolak sementara saya sudah punya tiket pesawat pp + akomodasi lengkap (lumayan kan uang untuk apply visanyaa). Kalau kamu ngincer tiket promo seperti saya, ya pesan tiket dulu. Tapi kalau kamu sudah punya rencana solid mau pergi dan pulang tanggal berapa, stay disana berapa lama, tinggal dimana, dan tidak masalah dengan harga tiket pesawat yang biasanya makin mahal ketika mepet tanggal berangkatnya, monggo bikin visa duluan.
  • Berapa minimal deposito/jumlah uang di rekening koran yang harus dimiliki untuk apply?

Depends on how long you stay. Anggaplah kamu butuh Rp1.000.000 - Rp1.500.000 per hari untuk biaya hidup disana selama 5 hari, maka kamu butuh minimal 5 juta ada di rekening kamu. Misalnya kamu tidak ingin membawa semua uang yang kamu punya saat nanti pergi gimana? That's okay, no probs!

PENGINAPAN!
Ini juga salah satu pengalaman pertama sih. My friends and I were using Airbnb and Agoda to choose our place to stay.

  • Airbnb

Kelebihan memakai airbnb adalah you could get yourself an entire apartment or even house to rent. Tinggal pilih aja. Kalau pintar memilih dan beruntung, kamu bisa dapat tempat yang luas, dekat dengan stasiun subway, dan yang pastinya murah! Nah untuk saya sendiri, kelemahannya adalah di fitur pembayaran yang hanya bisa di-accomodate oleh kartu kredit. Mungkin karena dia belum punya perwakilan di/dari Indonesia atau bagaimana, entahlah. Selain itu, karena ini rumah/kamar orang yang kita sewa, kamu jadi butuh rapih-rapih sedikit lah ya sebelum check-out, please behave well. But overall, I love using this and would use this again next time I go abroad.

  • Agoda

Kalo ini, udah persis kayak Traveloka versi internasional. Banyak diskon juga. Metode pembayarannya juga bisa lewat ATM Bersama. Walaupun HQ nya di Hongkong, they got Indonesians there. Lebih merakyat lah ya. Customer service nya oke banget sih sangat responsif dan solutif.

TRANSPORTASI!
Salah satu alasan kenapa saya mau mengunjungi Korea adalah karena penasaran sama transportasi salah satu negara maju ini. Hahaha iya harusnya saya ke Singapore aja ya, jauh banget ke Korea segala. But wow jalur subwaynya banyak sekali seperti ulaaaar padahal itu cuma di Seoul aja. Seru sih karena kan suka banyak birthday ads artis kpop gitu kan di stasiun lol nggak deng seru karena saking banyaknya sampai takut nyasar. You know what's helping us most? NAVER MAP! Please download this before you're going, not when you arrived there especially when you can't even read a single hangul character. Kalau kamu download disana dan nggak bisa baca aksaranya, you're doomed. Google maps didn't function well, if not malfunctioned. Hehe seriusan! Naver map ini sistemnya sama aja kayak Gmaps, nyediain rute dan subway di line berapa dengan tujuan apa atau bus nomor berapa yang harus kamu naikin untuk sampai di suatu tujuan, lengkap dengan kamu harus keluar di exit nomor berapa. Very very come in handy for you not to get lost. Nah, tinggal kamu yang figure out jalur untuk nemuin peronnya aja deh. Selama saya disana, nggak ada masalah sih kalau untuk cari jalur, semuanya sampai dengan selamat dan benar. 

Untuk naik subway maupun bus, you need a T-Money. Ini kayak kartu multi-tripnya Commuter Line kalau disini mah. Tinggal beli kartunya, isi saldonya, selesai. Tinggal tap-tap! Ohiya khusus bus, jangan lupa nge-tap kartu waktu naik dan turun ya karena bayarnya dihitung dari situ.

OKAY IT'S A WRAP!
See you!
Share:

Thursday, January 31, 2019

31/365

Wow, how time flies! It's already the last day of the first month on this year. Also marked as the 31st day I was back at home. Hahaha, things happened. But again, we just should let them go. Though it's easier said than done, like everything always is.

Mungkin tahun ini Tuhan mau memberikan saya teman-teman baru. Mengizinkan saya menapak pada jalan yang mungkin akan lebih berat, atau justru makin mudah. Atau mungkin juga Dia ingin saya belajar bersabar lebih banyak, mengadu pada-Nya lebih sering, juga berusaha ekstra keras. Haha saya dan pikiran positif-positif ini. Tapi mungkin pikiran-pikiran jenis ini lah yang memperlambat depresi memakan saya dari dalam.

Bulan ini, kegiatan saya hanya berputar pada tidur, nonton, makan, membaca, ulangi. Entah saya sedang meratapi nasib atau saya hanya mengizinkan alasan saya beristirahat menjadi panjang. Namun hal-hal yang terjadi, hal-hal yang saya tonton dan baca kerap kali membawa saya kembali pada memori-memori setengah tahun yang lalu. Alas, memang cuma saya saja yang selalu kesulitan berdamai dengan kenangan. Salah saya juga tidak mempersiapkan perasaan dan rencana cadangan, walau firasat tidak enak sudah jadi bayangan.

Jika sudah begini, rasa-rasanya ingin memutus hubungan dengan dunia. Duduk diam di dalam kamar dan merenung. Tidak elok memang, namun kerap kali hanya itu yang dibutuhkan.

Saya membiarkan 31 hari terlewat tanpa apa-apa. Tapi mungkin waktu saya memang sedang melambat saat ini setelah kejadian tidak terduga di akhir tahun kemarin. Ndak apa-apa. Gusti Allah mboten sare.
Share: