Tuesday, July 9, 2013

Hijab and Me

Halo! 1st night of tarawih and i got my period. Sigh. Tapi bukan itu yang mau gue bahas sekarang. Ini cuma soal gaya hidup dan prinsip.

Hijab. Hijab itu kan artinya penghalang. Penghalang pandangan mata orang. Jadi ya sebenernya kalo cuma kerudung (apalagi yang gaul) itu dibilang hijab ya nggak tepat juga. Toh kalo ada cewek cuma pake kerudung belum tentu bawahnya tertutup kan? Bisa aja dia pake pressed-body jeans and t-shirt. Jadi hijab yang bener itu yang kayak gimana? Sebenernya sih yang nutupin semua badan dan nggak ketat (jadi nggak memperlihatkan bentuk tubuh) aja udah cukup. Inget kan di Al-Qur'an ada ayat kayak gini: 

  • “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak.” (An-Nuur: 31)
  • “Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Al Ahzab :59).

Cuma sekarang gini ya. Zaman berubah. Arus modernisasi juga makin mewabah. Bahkan sekarang, orang yang pake gamis panjang dan kerudung lebar serta cadar aja dibilang teroris. Padahal? Ya emang itu yang bener. Nggak usahlah pake cadar, yang cuma pake kerudung lebar sama gamis aja dibilang sok suci, anak rohis banget lah, dan banyak macem sebutannya. Prihatin? Jelas. Kenapa sih orang-orang nggak bisa dibuka sedikit matanya? Cobalah dilihat dari banyak sudut, jangan asal men-judge aja. Katanya orang intelek, tapi omongannya kayak orang nggak berpendidikan. Itu soal prinsip. Selama orang-orang itu nggak mengganggu kehidupan yang lain, toh mereka nggak layak buat dikucilkan kan?

Gue disini tujuannya bukan menggurui atau apalah. Ini cuma blog pribadi yang isinya cerita-cerita yang dipandang dari sudut pandang gue. Masalah hijab ini bukan masalah siapa atau gimana, bukan masalah gue nilai lo bener pake hijabnya atau nggak, tapi ini soal gue. Because well, gue salah satu dari sekian banyak muslimah yang pake itu. Dan ya, gue ngerasa.........beda. Beda karena gue masih aja pake kerudung yang tiap acara modelnya masih gitu-gitu aja. Dimodelin nggak, diapa-apain juga nggak. Bohong kalo bilang gue nggak mau tampil beda sekali-kali. Gue juga mau, tbh. Cuma ya gimana. Setiap lihat hasil kreasi kerudung pasti jadinya pendek, cuma bisa nutupin leher doang. Gue nggak nyaman sama yang kayak gitu. Ya secara setiap kerudung yang gue pake harus nutupin dada.

Pernah waktu perpisahan kelas 11 gue salah bawa kerudung. Yang gue bawa kerudung yang buat dijadiin rangkapan kalo kerudung yg mau dipake tipis, terus cuma nutupin leher lebih kebawah sedikit. Alhasil gue panik setengah mati waktu itu, sampe-sampe gue mau diem di kamar aja dan nggak mau keluar kamar. But finally gue keluar kamar juga setelah dibujuk-bujuk, setelah diam-diam gue janji gamau pake kerudung sependek itu lagi. Berdosa banget deh rasanya, nggak nyaman banget. Kayak pake kerudung tapi nggak pake gimana sih karena saking pendeknya. Kesel kan.

Ya sekali lagi, ini soal prinsip. Prinsip gue ya, kerudung harus nutup dada. Gue cuma risih aja sih liat orang yang pake kerudung tapi cuma seleher atau malah terawang, rambutnya keliatan kemana-mana. Gue cuma mikir yang "niat nggak sih pake kerudung? mendingan gausah pake sih daripada kayak gitu." Ini murni pendapat gue. Toh perintah di Al-Qur'an juga yang kayak gue kutip di atas kan. Sampai dada. Ya kalo misalnya cuma sampai nutup leher atau terawang sih, setengah-setengah banget kan? Tapi ya gue sih berdoa aja supaya yang udah dapet hidayah pake hijab ya makin baik lagi, termasuk gue. Aamiin. Next time, kalo ada yang bisa kreasiin jilbab tapi tetep nutup dada gue mau dong ;3
Share:

Saturday, July 6, 2013

Another note in the morning

"Karena ketika ia jatuh cinta, ia bukan hanya sekedar menerima-tapi juga belajar merelakan"

Sebuah quote yang saya kutip entah dari mana -novel atau fanfic- yang berhasil menggelitik dan membuat saya tercenung sesaat pagi ini. Tidak, saya mungkin tidak sedang jatuh cinta secara harfiah tapi secara kiasan mungkin iya. Iya karena....someone i fell in love with is someone that lived too far -in case i wouldn't call it dreamland-till he seemed unreachable.

Jatuh cinta mungkin suatu hal yang dipandang tabu untuk dibicarakan secara terbuka dan tanpa tedeng aling-aling lainnya. Karena lagi-lagi ini menyangkut perasaan. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan seseorang kecuali si empunya perasaan itu sendiri. Bahkan tak jarang pula, si empunya perasaan malah bingung dengan perasaannya.

Ya, ketika seseorang benar-benar jatuh cinta, ia bukan hanya sekedar menerima-menerima perasaannya yang terbalas-tapi juga harus merelakan. Merelakan waktunya yang tak lagi dipikirkan hanya untuk dirinya sendiri atau mungkin juga.........merelakan yang dicintainya pergi. Entah karena saatnya yang belum tepat atau mungkin dia bukanlah orang yang tepat. Seperti banyak orang bilang bahwa cinta tak harus memiliki, seperti itu pulalah cinta itu seharusnya berlaku. Tidak bersifat mengikat dan memaksa. Yang paling penting.......mampu membuat kita bahagia. Ya, sesederhana itu.

Ketika jatuh cinta dan yang dicintai itu pergi, belajarlah menerima dengan ikhlas. Belajarlah merelakan. Karena proses itu akan mendewasakan diri. Dan ya, karena hidup itu belajar. Belajar berbagi, meski setengah hati. Belajar ikhlas, meski tak rela. Tapi percayalah, bahwa pelan tapi pasti akan terasa manfaatnya.

Jika ditanya apa saya sudah bisa seperti yang saya tulis di atas, jawabannya belum. Saya menulis justru karena saya masih belajar. Belajar di kehidupan fana yang terus berjalan dan menempa masing-masing individunya.
Share:

Friday, July 5, 2013

Orientasi Belajar Mahasiswa 2

Hi! This is the 2nd part of my learning orientation in college. Lol i know this is so late because it had been end on June 27 but still i wanna write some~

Like another classic story, a communal of strangers would always feel comfortable and hard to leave when it's getting closer to the end. And yes, it occured in this communal too. Our last class was a psychology class with Kak Dian and Kak Mila, both are magister students, we talked about communication, empathy and learning in group. Not like our first psychology class we had before, this class seemed to have made unison that i didn't even know when it formed. Or perhaps each of us has realized that "this is our last class, our last day being together, so yeah, let's have fun!". We discussed and had more laugh than before that day like any burden or any wall ever exist between us. Till a friend named Ancha, he's in my group that time, stood up and announced that we're gonna make such a paper with our personal data there. So then we still could gather and contact each other anytime. And for the latest activity in that class, we had "snow ball" game. It's a game where each of us torn an empty paper to be rolled and going to another person. The person who received the paper, should write whatever she/he thinks about the person with the name written in it. Xixixi it's fun tho! 

Six days with them had taught me how i should improve my making friends skill again and again, hahaha. Not because i had such a problem in communicating with people i don't ever know, but because i'm still a kind of person who judged people from the first impression they made to me. Bad? Yes, but i'm trying to lessen it anyway. However, i'll miss you! Thanks for those precious six days♥
Share: