Kalimat pada judul posting ini adalah kalimat candaan yang sering dilontarkan teman-teman kantor saya selama sebulan terakhir. Sebagai seorang freelancer aka pekerja cabutan, saya dan teman-teman punya target yang harus dicapai setiap harinya. Sebagaimana juga orang-orang dengan target real berupa banyaknya barang yang harus dicapai tiap harinya (iya kayak buruh lol), kita berusaha biar target itu tercapai. Sering di tengah-tengah kerjaan, kami menghitung-hitung jumlah barang yang sudah dikerjakan hari itu. Sering pula ternyata saya yang jumlah akhirnya paling sedikit di antara teman-teman yang lain. Kadang jika di tengah-tengah jumlah barang yang sudah saya kerjakan lebih banyak dibanding yang lain dan saya berkata sambil bercanda "eh gue baru segini masa", mereka akan bilang "yaudah sih gue juga baru segini. Gausah sok paling menderita deh!" sambil tertawa. Saya juga ikut tertawa sambil balas berkata "lah siapa yang merasa menderita jir? Cuma bilang?!"
Baru beberapa hari terakhir saya menginsyafi bahwa candaan itu bisa bermakna lebih dalam. Berpikir bahwa kita adalah orang yang memiliki paling banyak kesusahan, paling banyak kesedihan, dan jika mengutip kata teman-teman saya, jadi orang yang paling menderita, adalah hal bodoh yang kebanyakan tidak sadar dilakukan hampir semua orang ketika ditimpa musibah. Hanya karena kita sedang sedih dan mengalami mental breakdown, kemudian kita menganggap semua orang jauh lebih beruntung dan bahagia daripada kita. Menganggap semua orang tidak mengerti apa yang sedang kita lalui dan apa yang kita rasakan. Padahal kita tidak pernah tahu kesusahan seperti apa yang menimpa mereka. Padahal kita tidak pernah tahu kesedihan macam apa yang telah mereka lewati. Kita luput menyadari bahwa ada banyak hal yang harus disyukuri karena masih kita miliki.