Aku sedang resah, hingga tersungkur dalam sujud yang basah
Memandangnya bolak balik di sekitar dan tak kunjung memudar
Merasakan dia yang dekat namun tidak terikat
Berpaling ketika mata secara otomatis mendeteksi kehadirannya
Menoleh ketika detak jantung berdenyut menyiksa
Ah, barangkali aku sudah bisa dianugerahi puisi surga
Yang kabarnya selalu turun pada para pujangga
Meski aku juga tak peduli, selama aku belum mati
Puisi surga atau bukan, persetan!
Karena Tuhan tahu, syair mana yang hanya bualan
Tapi aku punya pesan
Untuk organ-organ yang kehilangan kontrol diri
Saat dia hadir di sisi
Wahai mata yang diam-diam melirik
Hati-hati
Atau kamu akan menjadi larik-larik sajak bernada sirik
Wahai jantung yang berdentum-dentum
Hati-hati
Atau kamu akan meledak dengan skala kuantum
Wahai hati yang selalu ceroboh setiap jatuh
Hati-hati
Atau kamu akan selalu mengeluh
Namun lagi-lagi
Bait-bait ini hanya akan jadi bait tanpa arti
yang disimpan di sudut terjauh hati
Aku masih resah, dan akhirnya jatuh ke tanah.
Ppt, 1502