Thursday, July 16, 2015

Sabtu Bersama Bapak; sebuah review


Halo, selamat pagi. Satu pagi yang lain di Jakarta, satu hari menjelang awal bulan Syawal yang juga berarti hari terakhir bulan Ramadhan 1436 H. Ini review yang sudah amat lama tertunda karena banyak hal yang terjadi dan (mungkin) harus dipikirkan.

Banyak yang sudah mereview buku ini, mostly said this is quite a good one. Buat saya pribadi, buku ini hebat. Tak banyak buku yang bisa membuat pembacanya tertawa sambil merenung, dan buku ini salah satunya. Sejak pertama kali saya melihat buku ini di toko, saya sudah tertarik dengan covernya, maklum warna biru. Saat membaca sinopsisnya, saya tahu saya akan banyak berpikir tentang hidup saya. 

Buku ini, seperti judulnya, bercerita tentang Bapak. Seorang ayah yang memiliki 2 anak laki-laki yang harus beliau didik meski sudah meninggalkan dunia ini. Lagi-lagi, topik yang sensitif. Orangtua dan kematian tidak pernah menjadi topik bacaan favorit saya, apalagi jika keduanya disandingkan. Namun entah bagaimana, saya tetap membacanya hingga habis. Walau sambil menangis, tentu saja. Banyak hal yang bisa diambil dari buku ini, amat sangat banyak bahkan. Tentang tanggung jawab orangtua terhadap anaknya, tanggung jawab suami pada istrinya, bagaimana anak-anak mengatasi masalahnya, semua mampu dijabarkan Bapak dengan caranya sendiri.

Bapak : Kang, ketika kalian udah gede akan ada masanya kalian harus melawan orang. yang lebih besar, lebih kuat dari kalian. Dan akan ada masanya, kalian gak punya pilihan lain selain melawan, dan menang. 
Satya: ... 
Bapak : Akan ada juga kang, masanya ... semua orang tidak membiarkan kalian menang. jadi, kalian harus pintar. kalian harus kuat. Kalian harus bisa berdiri dan menang dengan kaki-kaki sendiri. Bukan masalah seberapa sering kalian akan jatuh, tapi yang penting seberapa kuat kalian akan berdiri dan berdiri lagi setelah jatuh. 
Satya : Kalau kakang kalah gimana? 
Bapak : Mungkin kakang akan kalah berantemnya. Tapi kakang akan memenangkan hormat mereka.

Sungguh, mungkin setiap orang akan meminta seorang ayah seperti sosok Bapak jika diizinkan. 

Untuk semua pria yang ingin menjadi suami yang baik

“Harga diri kita, datang dari akhlak kita. Anak yang jujur. Anak yang baik. Anak yang berani bilang ‘Saya benar’ ketika benar. Anak yang berani bilang ‘Maaf’ ketika salah. Anak yang berguna bagi dirinya, dan orang lain.”

Saya belum pernah membaca buku Adhitya Mulya sebelumnya; saya tidak tahu genrenya apa, gaya menulisnya seperti apa, bagaimana pembangunan karakternya, dan lain sebagainya, jadi saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa ketika membacanya. But really, this is far beyond my expectations. Saya sampai speechless sesaat setelah menghabiskan bukunya. Entah harus komentar apa. Well then, saya sama sekali tidak menyesal membelinya.

Best Part: Ketika video-video Bapak diputar dan Satya serta Saka belajar sesuatu dari sana. Tentang apapun itu.

After taste: Sedih dan salut banget sama Bapak. Terus jadi mau nikah hahaha. Baper.

Rating: 4 THUMBS UP AND 5 STARS, OFC.

Comment: KANG ADHIT JJANG DEH POKOKNYA!!!!
Share: