Tuesday, August 19, 2014

Dia, yang membuat saya jatuh cinta

Mungkin hanya rindu
Rindu rasanya dibelai angin sepoi di atas ketinggian ribuan mdpl sana
Rindu bau keringat bercampur semangat yang menempel di badan
Juga bau rerumputan yang melekat erat di sepatu dan kaki-kaki kami

Ah, rasanya tak pantas berbicara tentang rindu
Bahkan jumlah keberadaan saya disana tak sebanyak jumlah jari tangan yang berjuang memberi kehangatan
Apalah arti saya dibandingkan ribuan orang lain yang sudah menjejakkan kaki di banyak puncak lainnya
Mungkin hanya seperti kucing yang melawan harimau
Tak akan bisa menang

Tapi saya dengan bodohnya tetap memelihara rindu itu
Rindu yang sering menumbuhkan harap bahwa saya bisa
Bisa berdiri di atas sana lagi bersama doa-doa yang dilambung semesta

"Hai, akhirnya kamu lagi. Selamat datang kembali."
Ucap tanah yang saya pijak di ketinggian ribuan mdpl sana, entah dimana


Jakarta, 19 Agustus 2014
Kangen naik gunung. 
Share:

Wednesday, August 6, 2014

Renaissance vs Islam's Dignity Heritages (99 Cahaya di Langit Eropa Review)


First of all, hi! Got me here again finally hahaha so yeah i come back with this movie review.

Eropa, satu benua yang mungkin terdengar sangat eksklusif dan moderen dengan segala kehidupan bebasnya ternyata memiliki banyak rahasia peninggalan kejayaan Islam di balik bangunan-bangunan megahnya. Arc de Triomphe, Louvre, Champ Elysees, semua yang terlihat seperti peninggalan zaman Renaisans rupanya memiliki keterkaitan dengan zaman kebangkitan Islam dahulu.

I love the way the actors & actresses play their role. It's just great. Film ini juga menceritakan kisah perjuangan seorang muslim untuk melaksanakan ibadahnya dan bagaimana mereka berusaha memegang teguh ajaran Islam di dalam lingkungan non-muslim. Saya suka bagaimana Rangga (Abimana Aryasatya) tetap berusaha menjaga diri, hati, dan cintanya untuk Hanum (Acha Septriasa), sang istri, semata agar ia dapat menjalani ajaran agamanya dengan benar. Bahkan setelah ia digoda oleh teman satu kampusnya, Marja (Marissa Nasution), perempuan cantik dan baik hati yang menaruh hati padanya. It's just the way they talk, their glance, gestures, aw I'd love to have a husband like him. Who doesn't?

Menjadi sebuah hal yang lucu mengingat saya sama sekali tidak berniat untuk menonton film ini dan malah berakhir menulis sebuah review untuknya, simply because i knew this would have drama as its genre, as well as i knew it would also have religious sides. Speaking of, i just knew that this movie is made based on the novel. Well, i haven't read it yet so yeah i don't know if the book's better or vice versa? The book must have been far better, right? (my experiences, so far)

Best part: they talk in Deutsch and France! Don't forget their awesome dialects oh god i got eargasms lol it's also nice to have a company during your travel (definitely)

After taste: MAU JALAN-JALAAAANN SAMA SUAMIII. SUAMINYA YANG KAYAK RANGGA TAPI. Ya gacin (lagi). Ya.
Share: